Present perfect
Present Perfect Tense digunakan untuk menghubungkan masa lampau dengan masa sekarang. Kegunaan utamanya adalah untuk menunjukkan relevansi tindakan atau situasi masa lampau dengan kondisi sekarang. Contoh:
* John has gone home (telah pulang ke rumah)
John pulang ke rumah di masa lampau, tetapi yang diinginkan kalimat diatas sebenarnya adalah dimana dia berada sekarang. Kalimat ini memberikan informasi masa lampau untuk menginformasikan situasi sekarang.
Bentuk
Present Perfect dibuat dengan have/has (kata kerja bantu “to have”) dan past participle (kata kerja bentuk ke-3). Contoh:
* I have worked in London.
* She has worked in a bank.
Pasti participle (Verb 3) beraturan dibentuk dengan menambahkan -ed ke kata kerja, misalnya work - worked, play - played. Akan tetapi ada banyak Verb 3 tidak beraturan yang perlu anda ketahui.
Berikut adalah bentuk-bentuk Present Perfect dengan kata kerja to work.
Tunggal Jamak
Afirmatif I have worked
You have worked
He has worked
She has worked
It has worked We have worked
You have worked
They have worked
Negatif I haven’t worked (haven’t = have not)
You haven’t worked
He hasn’t worked
She hasn’t worked
It hasn’t worked We haven’t worked
You haven’t worked
They haven’t worked
Interogatif Have I worked?
Have you worked?
Has he worked?
Has she worked?
Has it worked? Have I worked?
Have you worked?
Have they worked?
Kegunaan
Berikut beberapa kegunaan Present Perfect. Perlu selalu diingat bahwa untuk semua poin berikut tujuan utama yakni menghubungkan masa lampau dan masa sekarang adalah sama.
A. Masa lampau yang menginformasikan masa sekarang
1. Present Perfect Tense digunakan untuk memberikan informasi masa lampau yang relevan dengan keadaan sekarang. Contoh:
* Have you been shopping? Yes, I went this morning.
Pertanyaan “Have you been shopping?” menanyakan tentang fakta masa lampau - apakah You pergi belanja atau tidak. Akan tetapi, pertanyaan ini ditanyakan karena kebutuhan masa sekarang - jika You sudah belanja, pembicara tidak perlu pergi sekarang - jika You belum belanja pembicara perlu pergi sekarang. Pertanyaan ini adalah pertanyaan tentang kebutuhan masa sekarang, bukan fakta masa lampau.
2. Present Perfect Tense digunakan untuk menghubungkan pengalaman masa lampau. Contoh:
* Have you been to Italy?
* No, I haven’t been there.
Lagi-lagi, pertanyaan “Have you been Italy?” menanyakan tentang fakta masa lampau, tetapi masa atau kondisi lampau tidak begitu penting. Justru penanya menginginkan informasi ini untuk kebutuhan sekarang - mungkin penanya sedang membicarakan tentang perjalanan keluar negeri, atau mungkin tertarik dengan Italia. Kita tidak bisa menjelaskan hanya dari satu kalimat, tetapi yang menjadi fokus disini adalah pada kebutuhan sekarang, bukan masa lampau.
3. Present Perfect Tense digunakan untuk pencapaian/prestasi. Contoh:
* James has won first prize for math.
James memenangkan hadiah di masa lampau, tetapi yang menjadi fokus kalimat adalah prestrasinya sekarang ini.
B. Masa lampau sampai masa sekarang
1. Present Perfect digunakan untuk menunjukkan perubahan dari masa lampau sampai masa sekarang.
* John’s English wasn’t very good, but he’s got much better.
Antara sebuah waktu di masa dan sekarang, Bahasa Inggris John telah mengalami peningkatan. Fokus tidak terlalu ditujukan pada seberapa buruk English John di masa lampau, tetapi justru seberapa baik English dia sekarang.
2. Present Perfect digunakan untuk sebuah situasi atau tindakan yang bermula di masa lampau dan masih terus berlanjut sampai sekarang. Kita umum menggunakan for dan since pada situasi-situasi seperti ini. Contoh:
* John has lived in Boston for 5 years.
John datang ke Boston 5 tahun yang lalu dan masih tinggal disana.
* He has (He’s) been a lawyer for 12 years.
3. Present Perfect digunakan untuk tindakan yang berulang yang dimulai di masa lampau dan terus berlanjut sampai sekarang Contoh:
* We’ve been to England 4 times.
Subjek (we) pada kalimat diatas pergi ke England beberapa kali di masa lampau, dan kemungkinan akan kesana lagi di masa yang akan datang.
4. Present Perfect digunakan untuk sebuah periode waktu yang dimulai di masa lampau tetapi masih terus berlanjut sampai sekarang.
* I’ve studied at the library every day this week.
This week bermula di masa lampau, tetapi masih berlangsung, belum berakhir.
Waktu pasti dan tak pasti
Salah satu aturan mudah tentang Present Perfect adalah tenses ini tidak bisa digunakan bersama dengan waktu pasti (definite time). Contoh:
* I’ve been on vacation. Benar
* I went on vacation last month. Benar
* I’ve been on vacation last month. Tidak benar
Kita tidak bisa menggunakan waktu pasti bersaa dengan Present Perfect. Present Perfect menggunakan informasi masa lampau untuk berfokus pada waktu sekarang, jadi menyebutkan waktu lampau juga tidak tepat.
Sebagai aturan umum: Jika waktu pasti di masa lampau penting, gunakan Present Simple - Jika waktu pasti di masa lampau tidak penting, gunakan Present Perfect. Contoh:
* I went to Paris last year. - Yang menjadi fokus adala masa lampau
* I’ve been to Paris. - Yang menjadi fokus adalah bagaimana pengalaman di Paris mempengaruhi masa sekarang.
Present Perfect bisa digunakan bersama dengan kata keterangan waktu. Contoh:
* I haven’t had a vacation recently.
Perlu diperhatikan bahwa Present Perfect bisa digunakan dengan periode waktu yang belum selesai. Contoh:
* I haven’t had a vacation this year. (Benar) - Tahun ini belum habis, jadi Present Perfect digunakan untuk waktu yang terus berlanjut dari masa lalu sampai sekarang.
* I haven’t had a vacation last year. Tidak benar
bebeh diary
di blog ini , aku nulis semua yang ada dalam hidupku , termasuk sekolah , sahabat , keluarga , dll .. semoga dalam blog ku ini , menambah imajinasiku ,,
bEbeh
bEbeh mAkhluk tUhan yAng pUnya bAnyak kEkuRangan
w E l c o M e t 0 my bLog
sElamat dAtang dI bLog Q ,,
di bLog q iNi , aKu mEnaMpiLkan bErmaCam-mAcam iMajinasi Q . dAn aKu hArap iNi dApat mEnjAdi iNspirAsi kaLian sEmua'a ,,
oTe ,, otE ...
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Sabtu, 13 November 2010
Jumat, 25 Juni 2010
Kamis, 24 Juni 2010
Kamis, 10 Juni 2010
PINTU SURGA BAGI ANAK YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Saudaraku ... Sudahkah kita berbakti kepada orang tua dengan benar? Mungkin kita katakan diri kita telah berbakti. Ternyata masih amat jauh dari dikatakan berbakti. Risalah ini kami sarikan dari pembahasan Syaikh Musthofa Al Adawi hafizhohullah dalam kitab beliau yang sangat bermanfaat "Fiqh At Taamul Maal Walidain". Semoga bermanfaat.
Pertama: Menghormati keduanya dengan tidak memandang keduanya dengan pandangan yang tajam dan tidak meninggikan suara di hadapan mereka
Dalam Shohih Bukhari no. 2731, 2732, dari Miswar bin Makhromah dan Marwan …, di dalamnya disebutkan bahwa jika para shahabat berbicara kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sambil merendahkan suara dan mereka tidak memandang tajam kepadanya.
Inilah yang dilakukan oleh para shahabat di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mereka hormati seperti orang tua mereka. Sehingga beradab kepada kedua orang tua dimisalkan dengan cara seperti ini pula.
Kedua: Tidak mendahulukan untuk berbicara kepada kedua orang tua
Adab ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, beliau berkata,
كُنَّا عِنْدَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فَأُتِىَ بِجُمَّارٍ فَقَالَ « إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً مَثَلُهَا كَمَثَلِ الْمُسْلِمِ » . فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِىَ النَّخْلَةُ ، فَإِذَا أَنَا أَصْغَرُ الْقَوْمِ فَسَكَتُّ ، قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « هِىَ النَّخْلَةُ »
"Dulu kami berada di sisi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah bagian dalam pohon kurma. Lalu beliau mengatakan, "Sesungguhnya di antara pohon adalah pohon yang menjadi permisalan bagi seorang muslim." Aku (Ibnu Umar) sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Namun, karena masih kecil, aku lantas diam. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, "Itu adalah pohon kurma." (HR. Bukhari no. 72 dan Muslim no. 2811)
Inilah sikap shahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma. Di mana beliau tidak mau mendahulukan pembicaraan jika ada yang lebih tua umurnya di hadapannya. Padahal sebenarnya Ibnu Umar mampu menjawab ketika itu. Dari sini, tidak ragu lagi, demikian pula seharusnya beradab di hadapan orang tua.
Ketiga: Tidak duduk di hadapan kedua orang tua yang sedang berdiri
Larangan ini dapat dilihat dalam hadits dari Jabir. Beliau mengatakan,
اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَصَلَّيْنَا وَرَاءَهُ وَهُوَ قَاعِدٌ وَأَبُو بَكْرٍ يُسْمِعُ النَّاسَ تَكْبِيرَهُ فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا فَرَآنَا قِيَامًا فَأَشَارَ إِلَيْنَا فَقَعَدْنَا فَصَلَّيْنَا بِصَلاَتِهِ قُعُودًا فَلَمَّا سَلَّمَ قَالَ « إِنْ كِدْتُمْ آنِفًِا لَتَفْعَلُونَ فِعْلَ فَارِسَ وَالرُّومِ يَقُومُونَ عَلَى مُلُوكِهِمْ وَهُمْ قُعُودٌ فَلاَ تَفْعَلُوا ائْتَمُّوا بِأَئِمَّتِكُمْ إِنْ صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِنْ صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا »
"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang sakit. Lalu kami shalat di belakang beliau, sedang beliau shalat sambil duduk dan Abu Bakar mengeraskan bacaan takbirnya. Lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam menoleh kepada kami. Beliau melihat kami shalat sambil berdiri. Lalu beliau berisyarat, kemudian kami shalat sambil duduk. Tatkala salam, beliau shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, Jika kalian baru saja bermaksud buruk, tentu kalian melakukan seperti yang dilakukan oleh orang Persia dan Romawi. Mereka selalu berdiri untuk memuliakan raja-raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk. Ikutilah imam-iman kalian. Jika imam tersebut shalat sambil berdiri, maka shalatlah kalian sambil berdiri. Dan jika imam tersebut shalat sambil duduk, maka shalatlah kalian sambil duduk." (HR. Muslim no. 413)
Syaikh Mushtofa Al Adawy mengatakan, "Dalam hadits ini disebutkan mengenai hukum shalat sambil berdiri sedangkan imam shalat sambil duduk dan perinciannya bukan di sini tempatnya. Namun, dapat diambil pelajaran bahwa kita dilarang duduk ketika orang tua kita berdiri di hadapan kita. Maka adab ini tetap bisa diambil sebagai pelajaran dari hadits ini."
Keempat: Tidak mendahulukan dirinya sendiri sebelum kedua orang tua
Hal ini dapat dilihat dalam kisah tiga orang yang tertutup dalam goa dan tidak bisa keluar. Salah seorang di antara mereka bertawasul dengan amalan berbakti kepada kedua orang tuanya. Yaitu dia selalu memberikan susu kepada kedua orang tuanya sebelum memberikan kepada anak-anaknya bahkan dia bersabar menunggu untuk memberikan susu tersebut kepada orang tuanya sampai terbit fajar. (HR. Bukhari no. 5974 dan Muslim no. 2743)
Kelima: Meminta maaf kepada kedua orang tua
Seyogyanya seorang anak meminta maaf atas kesalahan dirinya kepada kedua orang tuanya karena setiap orang yang berbakti kepada kedua orang tua belum tentu bisa menunaikan seluruh hak mereka.
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak." (QS. An-Nisa`: 36)
Manusia yang paling berjasa terhadap seseorang adalah kedua orang tua. Melalui keduanya Allah mentakdirkan keberadaannya. Ibunya yang telah mengandungnya selama sembilan bulan dengan penuh susah payah. Ibunya yang telah menyusuinya selama masa yang telah dikehendaki oleh Allah. Ibunya yang mengasuhnya, merawatnya dan menyayanginya semasa kecilnya. Demikian juga ayahnya yang membanting tulang untuk memenuhi segenap kebutuhannya, dan mendidiknya hingga dewasa. Ayahnya yang melindunginya dari berbagai mara bahaya.
Berbagai jasa orang tua diberikan kepada anak sejak di dalam kandungan hingga ia lahir, dan berkembang menjadi dewasa. Semua itu diberikan oleh orang tua tanpa mengharapkan balasan apa-apa dari si anak. Bahkan ketika dewasa pun orang tua tidak serta merta melepasnya, tetapi tetap membantu menyelesaikan segala persoalan hidupnya.
Banyaknya jasa orang tua itulah maka Islam menempatkan sikap hormat kepada orang tua sebagai kedudukan kedua setelah Allah. Banyak ayat dan hadis yang menjelaskan bahwa hormat dan berbakti kepada orang tua memiliki kedudukan yang tinggi.
Sungguh Allah Taala telah berfirman,
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ
"Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya." (QS. Abasa [80] : 23). Maksudnya adalah manusia tidaklah dapat melaksanakan seluruh perintah Rabbnya.
Lihatlah saudara-saudara Yusuf, mereka meminta maaf untuk diri mereka kepada orang tuanya karena kesalahan yang telah mereka perbuat. Mereka berkata,
يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ
"Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". (QS. Yusuf [12] : 97)
Keenam: Janganlah seorang anak membalas orang tua yang mencelanya
Karena Allah Taala berfirman,
فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ
"Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"." (QS. Al Isro [17] : 23)
Ibnu Katsir mengatakan, "Janganlah engkau memperdengarkan pada keduanya kata-kata yang buruk. Bahkan jangan pula mendengarkan kepada mereka kata uf (menggerutu) padahal kata tersebut adalah sepaling rendah dari kata-kata yang jelek."
Lihatlah kisah Bilal bin Abdullah bin Umar dengan ayahnya berikut.
Dalam Shohih Muslim no. 442 dari jalan Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا
"Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian, maka izinkanlah mereka."
Kemudian Bilal bin Abdullah bin Umar mengatakan,
وَاللَّهِ لَنَمْنَعُهُنَّ
"Demi Allah, sungguh kami akan menghalangi mereka."
Lalu Abdullah bin Umar mencaci Bilal dengan cacian yang jelek yang aku belum pernah mendengar sama sekali cacian seperti itu dari beliau. Kemudian Ibnu Umar mengatakan, "Aku mengabarkan padamu hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu engkau katakan Demi Allah, kami akan mengahalangi mereka!!
Lihatlah bagaimana Bilal sama sekali tidak membalas cacian ayahnya. Semoga kita bisa meneladani hal ini.
Ketujuh: Seorang anak harus betul-betul menginginkan kebaikan pada orang tuanya
Anak yang sholih haruslah selalu mengharapkan kebaikan kepada kedua orang tuanya. Walaupun kedua orang tuanya tersebut adalah kafir, anak sholih hendaklah selalu berharap orang tuanya mendapatkan hidayah dan terlepas dari adzab. Hendaklah dia selalu menasehati dan memberi peringatan kepada orang tuanya sampai dia meninggal dunia.
Lihatlah kekasih Allah yaitu Nabi Ibrahim alaihis salam. Beliau tidak henti-hentinya menasehati orang tuanya dengan perkataan yang lembut. Dia mencoba menasehati ayahnya dengan panggilan lembut yang dikenal oleh orang Arab yaitu Yaa Abati. Perhatikanlah kisah beliau dalam ayat berikut ini,
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (41) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا (42) يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43) يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44) يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا (45)
"Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quraan) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan"." (QS. Maryam [19] : 41-45)
Nabi Ibrahim alaihis salam juga meminta ampunan Allah kepada orang tuanya setelah kematiannya. Namun, hal ini telah dilarang oleh Allah Taala sebagaimana firman-Nya,
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
"Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun." (QS. At Taubah [9] : 114)
dO'a uNtug bUndHA

yA alLoh ,,
bEbeh mEmohOn pADamu !!
bEbeh iNgiNd bUndha seLalu bAhagia disUrga ,,
mSki kIni bAHagia iTu tAk PerNah bUnda rAsakan bErsama bEbeh ,,
nAmUn pErcayalAh bunDa, bAhwa bEbeh aKaN sElalu mEndo'aKan bUndHa ,
bEbeh iNginD buNda sLalu TerseNyuM dIsUrga sAna uNtug bEbeh dAn aDig ,,
tUntUn sEtiAp lAngkAH beBeh uNtug mElEwati hIduP inI ,,
bUndHa ,,
bIarKan iNi sEmua mEnjAdi kNanGaN inDah Yang TAk kAn peRnah tErlupAkan ,
yA alLohh ,,,,,,
sAmpAikan rAsa sAyang bEbeh uNtug bUnDha disUrga
Rabu, 09 Juni 2010
kEpaDa sIapa hAtimu diBerikAn ????

, bErilah HatiMu uNtug sEmua oRang ,,
KarEna oRang Akan bUat hIduMu SeLlu bAhagia ,
jaNgan pErnah BerIkan hAtimu Untug Satu Orang saja ,
kRenA , kAmu akAn TerliHat bAhwa kAmu aDalah oRang pIlih kAsih ,,
, bEriLah oRang - oRang diSekiTarmu dEngan sEbuah kEbahaGiaaN dAri hAtimu ,,
kArena deNgan kBahaGiaan hAtimu ,
dIrimu aKan Terlihat seBagAi sEoRang mAlaikAt pEmbAwa kBhaGiaan ..
Selasa, 08 Juni 2010
Langganan:
Komentar (Atom)